Selasa, 11 November 2008

LED Putih ke USB


Setelah melakukan pengukuran terhadap contoh LED putih sebagai lampu kabin, timbul pikiran iseng, mestinya LED putih juga bisa dihubungkan ke komputer melalui USB.
Konon, sebuah colokan USB dihubungkan he 4 buah kabel : putih,hitam, merah dan hijau. Kabel putih dan hitam sebagai power supply dengan tegangan 5 volt. Untuk jenih USB2, arus maksimum yang bisa di supply senilai 500 mA.
Dari pengukuran sebelumnya, saya ketahui tegangan 1 buah LED sebesar 3 volt dan tegangan resistor yang di pasang seri dengan LED sebesar 2,6 volt. Resistansi resistor senilai 180 Ohm. Dengan sedikit menghitung , maka arus LED yang sama dengan arus resistor senilai 2,6 volt / 180 Ohm = 14,4 mA.
Saya buat sebuah model, yaitu 1 LED putih di pasang seri dengan resistor. Tegangan total yang akan saya berikan sebesar 5 volt ( sesuai tegangan USB ). Kalau tegangan LED 3 volt, maka tegangan resistor tersebut 2 volt. Untuk arus yang mengalir 14,4 mA, maka nilai resistansi resistor sama dengan 2 volt / 14.4 mA = 138 Ohm.
Saya coba hubungkan paralel 5 ‘renceng’ LED-resistor yang terpasang seri sesuai gambar. Saya gunakan nilai resistor sebesar 100 Ohm. Ternyata tegangan USB drop dari 5 volt hingga 4,6 volt. Tegangan LED sebesar 2,9 volt, dan arus total yang mengalir sebesar 75 mA.
LED menyala dengan terang. Nilai resistor yang saya berikan terlalu kecil, sehingga arus yang mengalir terlalu besar. Idealnya nilai resistor tersebut 138 Ohm, tetapi karena nilai yang mendekati adalah 150 Ohm, akan jauh lebih baik menggunakan resistor 150 Ohm.

Lampu Kabin LED Putih



Terinspirasi dari http://www.saft7.com/ mengenai lampu kabin dari LED ( Light Emitting Diode ) warna putih, saya meluangkan waktu untuk survey ke toko spare parts mobil di Atrium Senen. Ada beberapa macam lampu kabin yang disinari oleh LED. Ada yang berisi hanya 6 buah LED, 12 LED, 16 LED. Akhirnya saya tertarik pada model slim dengan 2 macam konektor yang terdiri dari 12 buah LED putih. Rasa penasaran hampir separuh terjawab ketika saya tebus lampu tersebut.
Pertama, hubungan kelistrikan yang membuat saya penasaran. LED tersebut dirangkai dalam sebuah PCB dengan sisi solder yang di tutup dengan double tape tebal yang dilengkapi dengan spon, dan sisi lainnya di buat mengkilap agar membantu memantulkan sinar dari LED. Saya bersihkan sisi solder dari double tape tebal yang dimaksudkan untuk menempelkan PCB tersebut dengan base yang ada. Tampak jelas sekarang, setiap 3 buah LED dan resistor SMD ( surface mount device ) senilai 180 Ohm terhubung seri. Jadi, ada 4 ‘renceng’ LED dan resistor yang terhubung seri tersebut. Saya coba mengukur beberapa besaran dalam rangkaian sederhana ini, yaitu tegangan 1 buah LED, tegangan resistor, dan arus total. Dengan power supply sederhana dengan tegangan 11,7 Volt, arus total untuk 1 set lampu kabin LED putih ini adalah 55,6 mili Ampere. Berarti, secara teori daya totalnya “hanya” 0,6 Watt. Nah, saya ukur juga tegangan 1 buah LED sebesar 3 Volt, dan tegangan resistor 2,6 Volt. Resistansi aktual untuk setiap resistor berkisar antara 178 Ohm – 181 Ohm.
Lampu kabin LED putih tersebut dilengkapi dengan konektor untuk bohlam lampu kabin, sehingga pemasangan secara listrik tidak repot. Pemasangan mekanikal juga dibuat sederhana, yaitu tinggal merekatkan PCB dengan bagian fitting menggunakan double tape tebal yang sudah tersedia.

Senin, 27 Oktober 2008

Off Delay Timer - Konektor


Untuk menghubungkan rangkaian dengan "dunia luar", pada sisi atas kotak digunakan konektor kabel. Masih menggunakan baut dan mur 3mm untuk merekatkan konektor dengan kotak. Ukuran konektor dipilih sedemikian rupa sehingga tidak terlampau panjang, dan juga diameter lubang yang akan digunakan untuk memasukkan baut pengikat 3mm tidak terlalu kecil ataupun terlalu besar.

Kabel yang akan disolderkan pada PCB dihubungkan ke konektor ini melalui lubang tambahan di sisi kotak. Pada sisi lain konektor, akan dihubungkan kabel - kabel ke alat lainnya di luar rangkaian.

Sebuah label yang disertakan juga akan jauh mempermudah pemasangan rangkaian dalam kotak ini nantinya.

Off Delay Timer - Fisik Rangkaian


Rangkaian di bentuk di atas sebuah PCB jalur. Agak repot, tetapi lebih rapih dan mempermudah perbaikan jika di kemudian hari ada kerusakan. PCB yang di buat, di ukur sedemikian rupa sehingga tidak terlampau besar untuk dimasukkan ke dalam kotak. Untuk dudukan PCB, 4 buah baut dan 8 buah mur ukuran 3mm sudah cukup memadai. 4 buah mur digunakan sebagai pemberi jarak antara PCB dan alas kotak, 4 buah lagi sebagai pengikat PCB.

Minggu, 12 Oktober 2008

Off Delay Timer - Skema


Timer ini akan aktif setelah saklar Pengaktif SW1 di tekan. Setelah beberapa saat, rangkaian akan kembali ke posisi off.

Saat SW1 di tekan, maka arus dari sumber V1 akan mengalir ke rangkaian. IC 741 yang di rangkai sebagai pembanding / komparator akan aktif, dan akan membandingkan 2 tegangan yang dihubungkan ke IC. Tegangan yang dibandingkan adalah tegangan keluaran VR dan tegangan C1. VR yang dihubungkan seri dengan R2 akan membagi tegangan V1. Besar tegangan keluaran akan sebanding dengan besar resistansi VR. Setelah SW1 terhubung, C1 akan terisi melalui R3. Proses pengisian C1 ini akan membuat tegangan pada C1 mulai naik dari 0 volt hingga mendekati nilai V1, yaitu 12 volt. Cepat atau lambatnya proses ini dipengaruhi oleh besarnya resistansi R3 dan kapasitansi C1. Ketika SW1 di tekan, maka tegangan pada C1 akan mulai naik. Selama tegangan C1 masih di bawah tegangan VR, maka pada kaki 6 IC akan tinggi. Pada satu ketika, tegangan C1 melampaui tegangan VR karena proses pengisian C1, maka keluaran pada kaki 6 IC akan rendah.

Keluaran pada kaki 6 IC dihubungkan langsung dengan sebuah relay kecil jenis DPDT ( double pole - double throw ). Ketika keluaran pada kaki 6 IC tinggi, maka relay akan aktif dan pole A akan menghubungkan antara rangkaian dengan kutub positif V1. Setelah beberapa saat , tegangan C1 akan melampaui tegangan VR, sehingga keluaran pada kaki 6 IC menjadi rendah, dan relay menjadi non aktif, dan hubungan antara rangkaian dengan kutub positif V1 di pole A akan terputus. Artinya, rangkaian secara keseluruhan menjadi non aktif.

Ketika SW1 di tekan, rangkaian akan aktif beberapa saat dan akan kembali non aktif. Untuk menjaga rangkaian tetap aktif, maka SW2 harus di tekan. Saat SW2 di tekan, maka tegangan C1 menjadi 0 volt karena SW2 akan membuat hubungan singkat antara kedua kaki C1. Ketika SW2 terlepas, maka C1 mulai mengisi, dan setelah beberapa saat rangkaian menjadi non aktif.
Pengukuran terhadap rangkaian ini telah dilakukan. Untuk tegangan V1 senilai 11,8 volt, arus total yang di konsumsi sebesar 24,85 mA. Ketika rangkaian dalam status non aktif, maka arus yang dikonsumsi sebesar 0 mA. Konsumsi arus minim saat rangkaian dalam keadaan non aktif karena pemanfaatan prinsip locking dan penggunaan relay sehingga hubungan antara rangkaian dengan sumber tegangan V1 benar – benar putus.

Waktu aktif rangkaian berkisar antara .......... hingga ......... detik dari saat SW1 di tekan hingga rangkaian menjadi non aktif atau dari saat SW2 di lepas. Pengaturan waktu tersebut dilakukan dengan mengubah tegangan VR melalui putaran knop yang ada.

Kamis, 25 September 2008

Ice Cake

Saya pernah memesan sebuah ice cake untuk ulang tahun adik saya. Sedikit repot mencarinya mengingat pada akhir September 2008, toko kue banyak kebanjiran order untuk Idul Fitri. Akhirnya saya temukan penjual ice cake yang masih bisa menerima order dari saya di bilangan Jakarta Barat melalui rekomendasi seorang teman.Gerainya cukup meyakinkan dan pelayanan awalnya baik. Saya katakan harapan – harapan saya kepada frontliners yang bertugas saat itu. Saya ingin ice cake dengan cream minim, dan bisa diantar ke rumah. Singkatnya, model ice cake yang sesuai dengan keinginan saya tersedia, dan pengiriman ke rumah juga disanggupi pada pukul 7.00 pagi. Saya approve pesanan tersebut dan langsung melakukan pelunasan cake saat itu juga.
Pada hari H, saya terkejut karena pukul 8.00 pagi masih belum datang. Saya minta bunda untuk menelepon, karena saya tidak bisa menelepon ke gerai ice cake tersebut. Terjadi keterlambatan yang disebabkan supply dry ice terlambat. Akhirnya, produk tersebut di terima pukul 10.15 WIB. Saya menyayangkan mengapa tidak ada seorangpun dari gerai tersebut menelepon pada pukul 7.00 WIB mengenai keterlambatan pengiriman. Permohonan maaf saya terima dari gerai tersebut pukul 10.43 WIB melalui ponsel. Terjadi kekecewaan, dan saya mencoba menganalisa bagaimana pelayanan tersebut menjadi ideal untuk saya. Setidaknya, kalau saya membuka gerai ice cake, saya bisa belajar dari pengalaman ini. Tenang aja, masih jadi mimpi koq untuk punya gerai ice cream n ice cake. Hehehe.

Saya ingat mantan atasan saya –Ibu Angelika Susanti T. pernah membawakan materi pelatihan layanan prima bagi bengkel. Walaupun untuk konsumsi bengkel, ada beberapa prinsip yang berlaku umum untuk konsep bisnis retail. Sebagai langkah awal, perlu kita sadari bersama bahwa dinamika kehidupan mendorong perubahan baik dalam daya beli, perilaku, dan gaya hidup pelanggan. Sedemikian dinamisnya perubahan yang terjadi, sehingga harapan pelanggan pun akan semakin kompleks. Contohnya, 10 tahun yang lalu, saya tidak perlu delivery service untuk membeli kue ulang tahun yang enak, karena saya masih punya cukup waktu untuk mengambil kue tersebut. Tetapi sekarang, saya sudah dibatasi oleh jam kantor. Harapan saya untuk penjual kue tersebut bertambah. Sekarang saya tidak hanya butuh kue ulang tahun yang enak, tetapi juga bantuan untuk mengantar kue tersebut. 

Menyikapi perubahan – perubahan yang ada tersebut, bentuk pelayanan yang memberikan pengalaman khusus bagi pelanggan ketika memperolehnya menjadi sangat penting. Pelayanan khusus tersebut bisa berupa pelayanan yang tidak hanya memenuhi, namun berusaha untuk melampaui harapan pelanggan. Kembali ke pengalaman saya bertransaksi ice cake di atas, saya cukup surprise karena delivery service bisa dilakukan pukul 7.00 pagi. Saya berpikir, biasanya delivery service mulai dilakukan pada pukul 9.00 pagi. Harapan saya untuk menerima ice cake pukul 9.00 pagi dilampaui dengan kemampuan delivery service pukul 7.00 pagi yang berarti lebih baik dari sebelumnya. Bukankah adik saya lebih kaget ketika bangun pagi sudah melihat ice cake di freezer ? 

Setelah menebar pesona dengan pengalaman khusus berupa kemampuan melakukan layanan istimewa yang dijanjikan kepada pelanggan, sekarang tinggal bagaimana melakukan melakukan apa yang dijanjikan tadi. Ketika harapan saya untuk menerima ice cake pukul 9.00 pagi sudah berhasil dilampaui dengan kemampuan delivery service pukul 7.00 pagi, maka ada faktor trust atau kepercayaan yang harus di jaga, mulai dari awal hingga akhir harus di jaga. Kembali ke impian saya memiliki gerai ice cream dan ice cake tadi J, keseluruhan proses saya bagi jadi 3 bagian besar. Bagian pertama adalah pembelian. Inventory level untuk bahan baku harus terjaga dalam safety stock level. Memang sulit, mengingat bahan baku ice cake merupakan bahan – bahan segar dan mudah rusak. Inspirasi ala logistic seperti FIFO, jadwal pengiriman bahan, dan lain sebagainya akan banyak membantu dalam proses ini. Intinya, banyak terkait dengan pihak lain seperti supplier – supplier.

Bagian kedua adalah pembuatan dan penyimpanan. Bagian ini cukup seru mengingat masih banyak juga keterkaitan ke pihak lain seperti PLN ( Power backup seperti genset menjadi concern saya di saat krisis listrik belakangan ini ), perawatan pendingin , pest control dan lain sebagainya. Bagian ketiga adalah transaksi dan pengiriman. Bagian ini pun sangat penting. Bagaimana mendevelop frontliners, deliveryman tidak bisa dilupakan. Perawatan kendaraan penunjang pengiriman, kerapihan dan kebersihan gerai, dan banyak lagi. Tuh kan repot punya gerai ? Untungnya masih jadi impian saya J

Semua sudah dipersiapkan, tetapi kadang ada saja yang missed. Contohnya pesanan ice cake saya. Ternyata supply dry ice yang menjadi kebutuhan penting terlambat di antar, sehingga delivery schedule terlambat pula. Untuk saya, hal itu mungkin saja terjadi, apalagi situasi seminggu sebelum Idul Fitri, lonjakan konsumsi dry ice mungkin terjadi. Lalu bagaimana donk kalau saya yang mengalami hal tersebut sebagai pemilik gerai dalam mimpi tadi? Saya akan menelepon langsung ke customer saya, menjelaskan situasi yang terjadi, minta maaf, dan kalau memungkinkan, saya akan probing ulang harapan pelanggan saya dalam situasi seperti ini, dan saya akan memberikan layanan seoptimal mungkin berdasarkan harapan pelanggan saya dalam kondisi yang tidak biasanya terjadi ini. Ya, saya akan langsung berkomunikasi dengan pelanggan saya sesegera mungkin, sehingga pelanggan saya tidak bertanya – tanya mengenai keterlambatan layanan saya, dan juga saya punya arahan yang jelas untuk aktivitas yang saya lakukan sesuai harapan pelanggan saya ketika sesuatu terjadi. Kerennya, service recovery harus segera dilakukan karena ada kegagalan pelayanan terjadi. 

John Tschohl pernah menulis dalam Service Recovery: Create Loyal Customers for Life, “When you effectively practice service recovery, you are creating customers who will be so satisfied that they will tell anyone who will listen about the wonderful service your company provided. “ Ya, saya percaya jika pelanggan saya puas, maka repeat order akan kembali datang. Sayang sekali untuk gerai ice cake tadi, service recovery yang ada tidak sesuai dengan harapan saya. Padahal bulan Oktober saya masih perlu cake untuk ulang tahun saya, dan November saya perlu cake untuk ulang tahun ayahanda. Saya harus kembali lagi mencari gerai cake yang bisa melayani saya dengan harapan – harapan yang saya inginkan.

Kamis, 26 Juni 2008

Suku Cadang Alternatif

Pasca peluncuran produk baru, akan timbul pertanyaan: Bagaimana layanan purna jualnya? Secara umum, pabrikan harus siap dengan layanan purna jual ini. Mulai dari penyediaan suku cadang hingga tenaga terampil di area pemasaran produk tersebut. Dalam pasar yang semakin tinggi tingkat persaingannya, purna jual perupakan salah satu parameter yang tidak bisa di anggap remeh. Bahkan "partisipasi" pihak lain yang menyediakan suku cadang di luar produsen produk merupakan salah satu parameter yang menjadi pertimbangan. Lho koq?


Contohnya saja, satu ketika di tahun 2005 ibunda mengatakan bahwa penghangat nasi yang kami gunakan rusak. Keluhannya adalah penghangat tidak bekerja ketika dihubungkan arus listrik seperti biasanya, tetapi lampu indikator di pemanas menyala. Memang sudah cukup tua usia pemanas yang kami gunakan tersebut. Kami beli di tahun 1997, jadi sudah 8 tahunan masa kerja pemanas tersebut. Berbekal pengetahuan masa lalu, ada kemungkinan kerusakan terjadi pada kabel, atau mungkin juga pada elemen pemanas. Hasil dengan multitester meyatakan tidak ada masalah dengan kabel, tetapi putus elemen pemanasnya.

Selama seminggu, tidak tersedia nasi hangat karena proses pencarian elemen pemanas. Akhirnya, ditawarkan oleh reparatur umum elemen sejenis yang dapat digunakan. Apakah suku cadang tersebut dipasarkan oleh produsen pemanas ? Ternyata tidak. Produknya tanpa merek, tetapi bergaransi 1 bulan. Agak ragu awalnya, tapi tidak ada pilihan lain. Hasilnya cukup mengejutkan. Hingga saat ini di pertengahan 2008 pemanas tersebut masih berfungsi baik.


"Partisipasi" pihak lain dalam penyediaan suku cadang itu tersebut memperkuat kesan bahwa perbaikan dan penggantian suku cadangnya mudah. Cukup masuk akal bukan ?